Ketika aku melihat panorama indah yang sempatku abadikan tahun 2017 lalu, dalam fikiran ku langsung tergambar film animasi yang mengambil background kota yang sama dengan apa yang sudah ku abadikan dalam sebuah lukisan cahaya. Setelah melihat salah satu film yang dituliskan oleh Shinkai Makoto (新海 誠) ini membuatku ingin mencerikatakan hangatnya matahari terbenam yang kunikmati di Shinjuku.
Shinjuku February 04, 2017
Sore, Langit yang indah tanpa lukisan awan.
Setelah meninggal kan Asakusa, aku dan temanku menuju Shinjuku untuk menemui salah satu kenalanku dari sosial media yang sudah tidak asing bagi kaum muda saat ini. Kami sebelumnya tidak pernah bertemu dan hanya bercakap via sosial media tersebut. Dengan mempunyai selera musik dan idola yang sama kami dipertemukan di salah satu tag #Laruku di sosial media yang kami gunakan.
Langkah kali ku akhirnya sudah menapakkan disalah satu lorong bangunan besar yang tidak pernah selalu sepi. Alunan langkah kaki yang amat pelan sampai dengan langkah dengan sangat cepat seperti keretapun dapat dirasakan. Rumitnya rute yang seperti labirin itu membuat kami bingung sebelumnya pada akhirnya kita melihan peta besar diatas mesin canggih yang dapat digunakan untuk menarik tiket. Suara besi raksasa dan logat gadis manis pun terus terdengar ditempat itu, hingga pada akhirnya kami menaiki besi raksasa yang dapat mengantarkan kami ke Shinjuku. Pemandangan pun saling berganti dari tempat ke tempat, walaupun hanya sesingkat aku dapat menyaksinkan indahnya sekitar dengan gudang besi yang kami tumpangi. Terbebas dari besar nya besi raksasa tersebut kami setapak demi setapak melanjutkan perjalanan menuju besarnya kota dengan wira-wiri orang yang selalu menunggukkan kepalanya ke bawah dengan ritem alunan yang sangat cepat. Terdengar bunyi pesan dari ponselku menandakan temanku yang dari Yokohama itu juga sudah menapakkan kakinya di Shinjuku. Sehari saja sulit bagiku untuk menaklukkan kota yang sangat rumit ini, akhirnya aku memutuskan menunggu dipinggir jalan yang bertuliskan Nihonbashi. Takku sangka saat menunggu aku menemukan momen langka yang mungkin sutit ditemui di negara Sakura. Dimana tepat aku menunggu, terdengar suara sirine keras dari sampingku. Setelah beberapa detik suara itu terdengar akhir nya perlahan suara tersebur pudar dan sangat terasa disampingku.
![]() | ||||
Tilangan di Jepang |
Beberapa menit kemudia temanku yang berambut panjang keorenan itu pun lansung muncul dihadapan kami. Sempat tidak percaya karena bisa bertemu secara langsung, bagaimana tidak kami selama 2 tahun dari 2015 hanya saling menyama melalui sosial media yang kita gunakan. Akupun mengenalkan temanku yang menjadi guide ku selama di Tokyo, sebut saja Aji kita berdua adalah teman dari bangku smk yang saat itu sedang berkerja di negara Sakura. Setapak demi setapak sekata demi sekata berlalu dan kamipun bingung untuk menentukan kemana kita akan pergi. Dimana kemudian kita berjalan mengalir hingga menemukan spot untuk melihat momen sang surya akan meredupkan cahayanya. Dibawah cahaya oranye kebiruan kami pun terus bercakap tentang musik dan idola yang kami gemari sambil memasang alat perekam yang selalu ku bawa untuk merekam detik-detik hilangnya sang surya. Kicauan burung gagak dan halusnya warna oranye dilangit yang sudah semakin memupus, terlihatlah setengah bentuk bulan yang sedang menunggu dirinya sempurna untuk berberapa saat kedepan. Candaanpun masih masih kami lontarkan sampai kita memutuskan untuk pergi ke Yokohama untuk menikmati indahnya pemandangan malam.
Kita tidak tahu apa yang akan terjadi di kemudian hari, tapi saya percaya apa yang kita lakukan di masalalu pasti akan terhubung di masa depan.
- Bakti -
0 komentar:
Post a Comment
TERIMAKASIH ATAS KUNJUNGANNYA